KESHALEHAN SOSIAL ALUMNI RAMADHAN

Oleh : Kartiko Adi Wibowo

Bendahara Pengurus BINAMA

Sejak pandemi covid-19 menjangkiti Indonesia mulai tanggal 3 Maret 2020, maka pada tahun 2022 ini kita akan memasuki sesi ketiga merayakan Idul Fitri di masa pandemi. Pemaknaan Idul Fitri dapat mencakup beberapa definisi seperti ungkapan rasa syukur, kembali menjadi suci, hari kemenangan dan meleburkan dosa. Pengertian tersebut mendorong orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan dapat melakukan perubahan yang signifikan pada bulan-bulan berikutnya. Oleh karenanya, Syawal yang merupakan lanjutan dari Ramadhan sering diartikan sebagai bulan peningkatan. Artinya, alumni Ramadhan seharusnya menjadi diri yang meningkat kualitasnya sebagai manusia.

Seiring terjadinya wabah corona, maka pemaknaan Idul Fitri sangat terkait dengan pemaknaan Ramadhan yang ditinjau dari arti simbolik. Adapun secara harfiah memang Ramadhan berarti panas, karena diterjemahkan sebagai sarana membakar dosa-dosa pada diri seorang Muslim. Namun, hikmah Ramadhan adalah saat seseorang menapaki proses puasa dan mampu berempati terhadap orang lain disebabkan dampak dari puasa itu sendiri. Seorang yang puasa pasti merasa lapar, haus, lemah badan dan berkurangnya aktifitas.

Ketika seorang merasa lapar dan haus, sejatinya dia sedang menjadi manusia apa adanya yang berarti memiliki ketergantungan pada makhluk lain yaitu makanan dan air. Hikmahnya adalah sikap tawadlu atau rendah hati menjadi wujud dari orang yang berpuasa. Jadi bagaimana mungkin seorang akan menjadi sombong sedang ketika tidak makan dan minum maka dirinya akan menjadi lemah. Sebagai makhluk harus sadar bahwa keberadaan dirinya tergantung oleh dukungan makhluk lain, sehingga sikap yang seharusnya dimunculkan adalah sikap kepedulian terhadap makhluk lain.

Lapar dan haus memberikan hikmah bahwa alumni Ramadhan selayaknya menjadi diri yang meningkat keshalehan sosialnya. Bekas dari pelaksanaan menahan lapar dan dahaga menjadi sarana untuk mudah menolong orang miskin, orang lemah dan mudah berbagi dengan orang lain dalam kebaikan. Keshalehan sosial sering dimaknai sebagai sikap kepedulian sosial yang terangkai dalam kaitannya peribadatan. Keshalehan lebih mencakup arti sikap seseorang dalam ranah pengabdian diri sebagai makhluk kepada Tuhannya, sedang sosial sendiri menggambarkan hubungan antar makhluk. Dengan demikian memahami arti keshalehan sosial yaitu merupakan sikap riil seorang makhluk dalam berbagi, berempati dan tolong menolong dan masih di dalam koridor ibadah seorang.

Mengingat bahwa Idul Fitri kali ini juga masih tergelayuti oleh pandemi, maka menjadi sangat relevan apabila para alumni Ramadhan benar-benar mewujudkan makna keshalehan sosial sebagai topik dalam ritme kehidupan sehari-hari pasca Ramadhan. Dalam istilah yang diajarkan oleh Al Quran tujuan puasa Ramadhan adalah tercapainya tingkat ketaqwaan manusia pada Tuhannya. Adapun dalam pengertian yang paripurna, maka keshalehan sosial merupakan implementasi atau wujud dari ketaqwaan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Keshalehan sosial akan berdampak positif yang berkelanjutan. Kesalehan sosial secara terus-menerus akan menimbulkan hal-hal positif. Bisa jadi, dampak meningkatnya keshalehan sosial secara luas akan mampu mengubah mengubah kehidupan orang lain dan masyarakat menjadi lebih baik, wallahu a’lam bi shawab.